Sabtu, 24 Maret 2012

Mbah Poniran Kekok



kok dho rame-rame, arep dho nengendhi le (tumben kok pada rame pada mau kemana nak)... simbah poniran kekok bertanya pada kawan kawan yang pagi hari itu terlihat berbondong-bondong, badhe teng kali padhos ulam mbah (mau kesungai cari ikan mbah)... sahut kami hampir bersamaan, dari pada dirumah mikirin BBM yang mau naik Rp 1.500 ( seribu limaratus rupiah ). Yo dho seng ati-ati yo. Sepintas simbah terdiam seakan teringat masa mudanya dulu juga sering mencari ikan bersama-sama di sungai yang membelah hutan belantara taman nasional meru betiri, sungai yang menghidupi banyak orang  sampai sekarang, tidak seperti orang – orang dipemerintahan yang hanya memikirkan partai dan keluarganya sendiri.

Sesaat simbah tampak berkemas, memasukkan tembakau dan kelengkapannya ke dalam slepen (wadah tembakau yang terbuat dari anyaman rumput sebesar dompet) dan mengambil caping teman setia simbah. Badhe teng pundhi mbah (mau kemana mbah) tanya cucunya yang kebetulan berada di gubuk itu, arep ndelok mas agus  seng dho nggolek iwak neng kali mburi kono, kuatir nak di gondol gendruwo SBY he…he...

Di atas sebuah batu besar yang agak ceper simbah duduk dengan santai, sambil melihat polah tingkah mas agus dkk, tangan melinting tembakau favoritnya. Tahu dilihati oleh simbah omar, riyan dan candra justru semakin senang dan bersemangat, mereka merasa ada yang menjaga sehingga merasa aman. Simbah memang juga terkenal dekat dengan mereka, sehingga sudah dianggap seperti simbah mereka sendiri, seandainya  wakil – wakil kita yang ada di parlemen seperti si mbah mau melihat langsung aktifitas  raknyatnya, banyak diantara mereka yang kekurangan makan, anaknya tidak bisa sekolah, sakit tidak bisa kerumah sakit…..dan…..
 
Horee...aku dapat satu teriak candra sambil memperlihatkan ikannya, melihat candra  memperoleh tangkapan seakan memacu omar dan riyan lainnya untuk semakin bersemangat mencari bagaikan lomba tanpa panitia. gemuruh tawa dan polah tingkah terkadang lucu. Kadang ada yang usil, bukannya ikut mencari ikan tetapi justru menarik celana temannya sampai hampir lepas. Gelak tawa dan canda sangat riuh pagi itu. 

Simbah yang memperhatikan tampak sesekali tertawa menyaksikan. Le di sebelah batu yang agak ngedung itu lho le, coba kamu strum, yang mana mbah...itu lho yang dipojokan, deket belokan itu ya mbah...iya sahut simbah membantu omar agar dapat ikan. Maklum simbah sangat pengalaman dalam urusan ini. Tidak begitu lama berselang kang surnawi berteriak, dapat mbah...aku dapat mbah... terlihat senang mendapatkan hasil sambil menunjukkannya ke simbah, gede ya mbah.... sahut kang surnawi  bangga. Pinter koe sur... ayo meneh... seakan menyemangatinya, horee... aku juga dapat mbah... yo pinter...pinter... ayo cari lagi, cari di air yang agak tenang di balik batu itu... biasanya ikannya pada di situ ..., tidak seperti para koruptor yang pinter menyembunyikan ikannya, Allah itu maha adil yo le… lagi-lagi simbah membantu dengan pengalamannya...untuk mendapatkan ikan mujaer yang terkenal lezatnya.

Mbah poniran kekok dekat dan bersahabat dengan alam di sekitarnya, menyatu dengan tanah yang menghidupi mereka, sebuah potret yang sangat bertolak belakang dengan kehidupan  di perkotaan. Iwak’e dileboke kresek mar, selehke neng banyu neng ojo nganti kelelep ndak iwak’e ucul mar... beres mbahhhh.... sahut omar gembira sambil tetap dengan aktifitasnya. Ada yang bertugas menggiring, ada yang bertugas menangkap, ada yang bertugas jebar-jebur agar ikannya pindah ke arah yang diinginkan dua orang bertugas menyetrum, semu terlihat kompak...( tidak seperti  pemerintahan kita sekarang,
 baik eksekutf maupun
legeslatif yang suka eker – ekeran rebutan ikan untuk kepentingan perutnya sendiri ) , jika ada yang dapat yang lain seakan mengamini dalam kegembiraan, kegembiraan milik mereka bersama betapa sangat bertolak belakang perilaku omar dkk tersebut dengan segelintir oknum pejabat yang sering merasa diri paling dan lebih berjasa dibandingkan lainnya, tapi yang namanya malu sudah tidak ada lagi dalam kamus kehidupan bagi pejabat - pejabat kita.
 
Wal hasil yang kita petik dalam perjalanan nyetrum mania adalah hiduplah dalam kebersamaan, berfikirlah untuk keselamatan orang lain ( dalam tarjamah bebas ), berperilaku dan berpikir bijak serta menjaga kearifan tradisional.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar